Token GRASS Tembus Valuasi US$3 Miliar Pasca Airdrop
Grass , jaringan berbagi bandwidth internet, berhasil membuktikan kesuksesannya dengan lonjakan harga token yang signifikan pasca airdrop. Di tengah berbagai token airdrop lain seperti STRK, ZK, dan EIGEN yang gagal memenuhi ekspektasi, komunitas sempat menganggap airdrop sebagai tanda buruk bagi kelangsungan harga sebuah token.
Airdrop GRASS, Dari Skeptis hingga Sukses Besar
Airdrop awal GRASS membagikan sekitar 10% dari total suplai token kepada pelari node Grass awal, anggota komunitas, dan pemegang NFT. Pengguna yang berpartisipasi dalam ekosistem ini diberi imbalan melalui token, yang kemudian mempercepat pertumbuhan komunitas Grass secara signifikan.
Grass memungkinkan pengguna untuk mendapatkan imbalan dengan berbagi bandwidth internet mereka yang tidak terpakai dengan pengguna lain di jaringan. Menurut dokumentasi resmi, keamanan data pengguna terjamin dengan sertifikasi dari organisasi keamanan siber terkemuka seperti AppEsteem, yang memastikan privasi dan keamanan kelas dunia bagi penggunanya.
Dari track record token pasca airdrop sebelumnya, seperti: Starknet (STRK), ZKsync (ZK), EigenLayer (EIGEN), dan masih banyak contoh lainnya, hampir semuanya memiliki performa harga buruk pasca airdrop. Banyak yang menganggap GRASS tak akan mampu bersinar melihat fakta ini, namun data di pasar justru menunjukkan kebalikannya.

Baca juga: Proyek L2 Zircuit Berikan Airdrop Bagi Pemegang Token EIGEN
Saat artikel ini ditulis (8/11/24), token GRASS diperdagangkan pada harga US$2,94. Sebelumnya, token ini sempat menyentuh harga tertinggi di US$3,03 dengan valuasi terdilusi penuh sebesar US$3 miliar.
Berdasarkan data CoinGecko, token ini dibuka pada harga US$0,91 dan diperdagangkan di exchange kripto besar seperti Bybit, Bitget, dan KuCoin. Dengan demikian, terhitung dari harga listing tersebut, GRASS telah mengalami kenaikan sekitar +223%.

Pertumbuhan harga GRASS yang pesat tidak lepas dari distribusi airdrop yang dilakukan di jaringan Solana. Dengan jangkauan yang luas dan distribusi token yang signifikan, airdrop ini terbukti menjadi pemicu utama bagi lonjakan harga token GRASS, menepis pandangan skeptis banyak pihak terhadap mekanisme airdrop dalam ekosistem kripto.
Baca juga: Proyek Grass Berkontribusi untuk AI Melalui Bandwidth Internet
Disclaimer: Konten pada artikel ini hanya merefleksikan opini penulis dan tidak mewakili platform ini dengan kapasitas apa pun. Artikel ini tidak dimaksudkan sebagai referensi untuk membuat keputusan investasi.
Kamu mungkin juga menyukai
X milik Elon Musk mendesak Mahkamah Agung untuk memblokir akses IRS ke data pengguna Coinbase
Platform media sosial X mengajukan ringkasan kepada Mahkamah Agung AS, menantang penggunaan panggilan pengadilan "tanpa kecurigaan" oleh IRS untuk mendapatkan data pengguna Coinbase. Mahkamah Agung pada hari Senin meminta tanggapan dari pemerintah federal.

VanEck mendaftarkan entitas untuk potensi ETF BNB pertama di AS, menurut pengajuan Delaware
Ringkasan Cepat Portal negara bagian Delaware menunjukkan pendaftaran BNB ETF baru oleh VanEck, yang berpotensi menjadi BNB ETF pertama di AS. Namun, ada pendaftaran palsu yang terdaftar di portal Delaware di masa lalu terkait dengan crypto ETF.

Bank terbesar kedua di Jepang SMBC berencana meluncurkan stablecoin dengan Ava Labs: Nikkei
SMBC berencana meluncurkan stablecoin sendiri bersama Ava Labs dan Fireblocks, lapor Nikkei. Bank tersebut akan mulai melakukan eksperimen pada paruh kedua tahun ini untuk peluncuran potensial pada tahun 2026.

Usual dan Sherlock meluncurkan 'hadiah bug bounty terbesar dalam sejarah' kripto, menawarkan $16 juta untuk menemukan kerentanan kritis
Quick Take Usual menawarkan $16 juta untuk menemukan kerentanan kritis dalam apa yang disebutnya sebagai "hadiah bug bounty terbesar dalam sejarah teknologi." Penyedia kontes audit Web3, Sherlock, menjadi tuan rumah program bug bounty ini, yang mulai aktif pada hari Rabu.

Berita trending
LainnyaHarga kripto
Lainnya








